January 01, 2014

Bon Voyage 2013

Tahun 2013 mengajarkan saya banyak hal tentang kehidupan. Semakin dewasa semakin membuat saya sadar jika hidup itu bukan seperti cerita Disney atau kisah cinta ala Bollywood. Pertemuan dengan orang – orang yang hadir dalam hidup saya, masalah – masalah, bahkan hingga kisah cinta membuat mata dan hati saya semakin terbuka.

Part I.

Akademis: Alhamdulillah, walaupun tidak banyak pencapaian istimewa di tahun 2013, saya bersyukur masih diberikan kesempatan untuk menyandang predikat Dean’s List. Terus berdoa dan tidak mudah menyerah adalah rahasia suksesnya. Awalnya, saya sempat putus asa karena beberapa coursework mark jauh dari ekspektasi. At the end of the day, hard works never betray!

Bagi saya, mau IPK 3.8 ataupun 3.5 bukanlah sebuah masalah besar. IPK hanya angka! Tetapi, satu hal yang ingin saya tunjukkan kepada orang tua adalah saya memiliki kesungguhan dalam belajar dan ga sok – sok an walaupun kuliah di negeri orang. I will make you proud and smile, Mom and Dad!

Kesehatan: Sempat di rawat di Pantai Hospital, Ipoh selama sepuluh hari pasca trip SG-MY, membuat saya makin sadar kalau sehat itu mahal. Apalagi ketika sakit di negeri orang dan jauh dari orang – orang tersayang.

Setelah di keluar dari rumah sakit, kebiasaan hidup sehat mulai saya terapkan: mengurangi stress, istirahat cukup, olahraga teratur, dan menjaga pola makan. Sebagai rewardnya sih ga main – main. SIX PACKS bro! : D Bercanda.
Baru kali ini liat orang di ICU ketawa - Pantai Hospital, Ipoh

Sosial: Menyenangkan bisa bertukar cerita, pengalaman, bahkan kesedihan dengan teman – teman dari berbagai negara. Semakin akrab dengan Malaysians ga cuman membuat saya bisa ngomong Bahasa Melayu, lebih dari itu saya bisa menyimpulkan kalau mereka ga seperti yang dikatain atau diberitain di media. So, don’t judge!
My best buddy, Billy.
Ngomongin teman – teman dari Sudan, Mesir, dan Uni Emirat Arab, merekalah yang membuat saya termotivasi untuk mempelajari budaya Timur Tengah dan Jazirah Arab. Mereka juga yang mengajarkan prinsip “sharing is caring”. Ah, indahnya!

Part II. (To be continued)
Hint: Cinta. 


June 29, 2013

Universiti Teknologi Petronas Diselimuti Asap Tebal, Mahasiswa Menuntut Perkuliahan Diliburkan

Sudah lebih dari tiga hari kabut asap menyelimuti area kampus Universiti Teknologi Petronas. Walaupun intensitas asap tidak separah di Singapura atau Johor Baru, namun asap kiriman dari kebakaran lahan gambut di Riau ini cukup meresahkan warga kampus, terutama mahasiswa.

Kemarin, saya sempat merasakan kesulitan dalam bernapas walaupun sudah menutup hidung dengan sapu tangan. Ada yang bilang saya mirip maling pas pakai. Tapi mau gimana lagi karena stok masker di klinik, kedai kampus, dan kantor asrama habis. Kadang tenggorokan juga terasa serak. Selain itu, kabut asap juga menyebabkan rasa pedih di mata terutama ketika saya sedang naik motor menuju kelas. 

Menurunnya kualitas udara di lingkungan kampus menyebabkan kami sedikit panik. Apalagi hari ini (25/6) indeks pencemaran di Seri Manjung, 40 km arah timur UTP, sudah terdeteksi di level bahaya  atau sekitar 330 PSI (Polutan Standard Indeks).  

Tak hanya itu, beberapa mahasiswa yang over reactive, sempat menyuarakan keluhan di jejaring sosial dan mengajak mahasiswa lainnya untuk tidak pergi ke kelas  karena alasan kesehatan.

Asap kiriman kali ini memang cukup mengganggu, terutama ketika mahasiswa berangkat kuliah. Sebagian besar dari mahasiwa UTP berjalan kaki ke kelas dan kadang harus berjalan lima belas hingga dua puluh menit menuju kompleks akademik. Jadi bisa dibayangkan bagaimana rasanya selama itu menghirup asap.

Walaupun masalah kiriman asap bukan hal baru bagi Malaysia, kejadian tahun ini bisa dikatakan salah satu yang terburuk karena di beberapa daerah, seperti Muar, kadar polusi dilaporkan sempat menembus angka 700 PSI.

Hampir tiap tahun Malaysia dan Singapura terkena dampak dari kebakaran lahan perkebunan di Indonesia. Mereka yang mengikuti perkembangan berita, khususnya mahasiwa Malaysia, mengerti kejadian ini bukan sepenuhnya tanggung jawab Indonesia, melaikan stakeholder perkebunan kelapa sawit yang mayoritas dipegang oleh perusahaan asing.

Mahasiswa asing yang kurang mengerti, misalnya dari Turkmenistan, dengan nada bercanda mereka suka menyindir Indonesia untuk menghentikan eksport asap ke Malaysia. Saya dan teman – teman mahasiswa  Indonesia yang lain hanya kasih komen ke mereka membaca berita dan mencari tahu siapa yang sebenarnya membakar lahan tersebut. Hehe.

Hari ini, harian ternama News Strait Times mengangkat headline “Haze heads north, east”, yang maksudnya asap mengarah ke utara dan timur. Negeri bagian seperti Perak dan Negeri Sembilan diprediksi masih akan diselimuti kabut asap. Sedangkan bulletin TV3 mengabarkan bahwa sekolah di Seri Manjung dan Klang akan diliburkan besok.

Sampai sekarang kegiatan perkuliahan di UTP masih tetap berjalan seperti biasa dan belum ada tanda kalau perkuliahan akan ditiadakan. Pihak manajemen kampus sejauh ini hanya menginstruksikan untuk menunda semua pertandingan olahraga outdoor, seperti sepak bola dan futsal karena dikhawatirkan akan menggangu kesehatan mahasiswa.

June 17, 2013

New Season, New Team, and New Role

AL-ITTIHAD SQUAD FOR ISC OLYMPICS 2013 




June 15, 2013

My First Cover Picture in UTP

UTP Foundation Flyer

December 09, 2012

Indonesia:Ladang Energi Alternatif yang belum Terjamah

Tren positif permintaan energi dunia yang dilaporkan British Petroleum di pertengahan 2012 memunculkan sebuah indikasi bahwa kebutuhan energi tidak akan bisa lepas dari keberadaan manusia. Energi akan selalu dibutuhkan selama bumi masih dihuni manusia.

Energi merupakan kebutuhan pokok bagi setiap negara di dunia sekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di negara maju maupun negara berkembang, energi dibutuhkan tak hanya untuk memenuhi kebutuhan di bidang transportasi, industri, perumahan, bahkan juga di sektor pertahanan dan keamanan.

Untuk memenuhi kebutuhan energi, hampir seluruh negara di dunia masih sangat bergantung kepada energi fosil. Statistik dari Energy Information Agency menunjukkan bahwa suplai energi saat ini 95 persen diantaranya berasal dari energi fosil. Sedangkan energi alternatif yang digadang – gadang sebagai energi masa depan hanya mampu berkontribusi sekitar dari 5 persen dari total konsumsi energi dunia.

Cina misalnya, negeri dengan populasi penduduk sekitar 1.5 miliar jiwa tercatat memilki pertumbuhan konsumsi energi per tahun mencapai 70 persen tahun lalu. Di negara tirai bambu ini, minyak bumi, batu bara, dan gas tetap menjadi pilihan utama untuk menyuplai energi. Saking besarnya permintaan energi yang disebabkan oleh tingginya angka pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, Cina harus mengimpor minyak dari Timur Tengah sejak tahun 1990-an. Sebagai dampaknya, Cina dicap sebagai salah satu negara penghasil gas karbon terbesar di dunia abad ini.

Ketergantungan energi fosil tidak bisa lagi dipandang sebelah mata jika masyarakat dunia menginginkan bumitetap hijau. Selain manfaatnya yang besar, energi fosil akan selalu memunculkan dilema dan menyisakan berbagai permasalahan. Tragedi Oil Spil di Teluk Meksiko 2010 silam yang telah menghancurkan ekosistem, ribuan pohon yang ditebang di hutan hujan tropis setiap hari yang menyebabkan gundulnya hutan, dan efek rumah kaca yang mengakibatkan global warming adalah beberapa sinyal bahaya yang tidak bisa dibiarkan.

Selain itu, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa cadangan minyak bumi, gas, dan batu bara di dunia semakin menipis. Beberapa geoscientists memperkirakan bahwa cadangan minyak bumi dan gas akan habis segera dalam kurun waktu sepuluh dekade mendatang. Sementara cadangan batu bara diprediksi mampu bertahan hingga 200 tahun mendatang.

Sebagai respons berkurangnya cadangan energi fosil, tak sedikit pula negara di dunia yang panik menghadapi situasi ini. Demi memenuhi kebutuhan energi, mereka tak segan untuk menggelontorkan ratusan juta dolar untuk megeksploitasi ladang minyak di Timur Tengah, Asia, hingga Afrika. Atas nama globalisasi dan kapitalisasi, tak sedikit yang akhirnya berujung konflik sosial, perang, hingga jatuhnya rezim pemerintahan.

Di tengah situasi dunia yang semakin memanas, ternyata masih ada negara yang mampu menyikapi situasi ini dengan dingin, Selandia Baru. Dengan komitmen kuat dan didukung oleh policy yang tepat, negeri kiwi itu mampu memunculkan sebuah harapan bahwa dunia bisa lepas dari belenggu energi fosil.

Secara geografis, letak Selandia Baru bisa dikatakan terisolasi. Namun, hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk menjadi pelopor energi alternatif dunia. Saat ini, sepertiga dari total energi yang dikonsumsi, atau sekitar 27 ribu Gigawatt hour (GWh) berasal dari energi alternatif. Diprediksi pada 2025, energi alternatif akan mampu berkontribusi sekitar 90 persen dari seluruh permintaan energi Selandia Baru.

Ed Begley, Jr., seorang aktor Hollywood sekaligus pemerhati lingkungan menyampaikan bahwa matahari dan angin adalah dua bentuk energi yang melimpah di yang pemanfaatannya semakin mudah dan murah.

Dengan potensi panas bumi, air, dan angin yang melimpah, Selandia Baru bukan tidak mungkin dalam beberapa dekade ke depan akan mampu menjawab keraguan dunia dan bahkan menghapus mitos bahwa kebutuhan energi tidak akan pernah bisa terlepas dari energi fosil.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Tidak ada salahnya jika kita belajar dan mau meniru Selandia Baru. Apalagi potensi energi matahari, geothermal dan biomass kita lebih besar dibandingkan mereka. Data yang dilansir U.S. Department of Commerce International Trade Administration pada 2010 menyebutkan Indonesia menyimpan sekitar 40 persen dari total cadangan geothermal dunia.

Belum lagi secara lokasi, letak Indonesia bisa dikatakan lebih strategis karena terletak di khatulistiwa yang membuat matahari bersinar sepanjang tahun. Sedangkan Selandia Baru merupakan negara empat musim di mana energi matahari tidak bisa diproduksi setiap hari. Namun kita justru tetap memilih untuk tetap di zona nyaman dengan terus mengimpor minyak dari luar negeri daripada mengembangkan potensi energi alternatif yang tersedia.

Bukankah mempopulerkan kebijakan energi yang berbasis lingkungan dan berivestasi triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur energi alternatif akan lebih menguntungkan daripada terus mensubsidi BBM yang nyatanya tak kunjung menyelesaikan masalah?

Jika luasnya negara dijadikan alasan ketidakmampuan untuk mengembangkan energi alternatif, maka sebenarnya kita cukup berfikir untuk menginisiasi satu lokasi yang seluruh kebutuhan energinya dipasok oleh energi alternatif dan nantinya bisa dijadikan daerah percontohan nasional. Apakah masih sulit?

Menurut data dari Perusahaan Listrik Negara yang dipaparkan kepada U.S. Energy Association pada 2010 lalu, dengan potensi yang belum terurus sekitar 96 persen, geothermal menyimpan potensi yang cukup menjanjikan. Belum lagi potensi energi terbaharukan lainnya seperti biomass dan hydropower.

Geothermal atau panas bumi bisa dijadikan pijakan awal untuk mempopulerkan dan mengembangkan energi alternatif di Indonesia. Provinsi Jawa Barat dengan panas bumi Wayang Windu, Kamojang, dan Gunung Salak bisa dijadikan daerah percontohan nasional. Harapannya, energi yang dihasilkan bisa digunakan untuk menyuplai kebutuhan energi di daerah sekitar pembangkit atau bahkan seluruh Jawa Barat. Jika pilot project ini terealisasi, bukan tidak mungkin provinsi atau daerah lainnya akan ikut mengembangkan proyek serupa.

PT Pertamina selaku perusahaan minyak dan gas negara diharapkan untuk tidak ragu melihat peluang emas dan mengembangkan potensi energi terbarukan di Indonesia. Berinvestasi untuk mengembangkan energi alternatif memang mahal dan terkesan spekulatif. Namun saya yakin jika potensi ini mampu diolah secara optimal, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang mampu lepas dari ketergantungan bahan bakar fosil dan benar – benar siap ketika minyak dan gas benar – benar habis.

Banyaknya data yang telah dipaparkan para peneliti dan pakar di berbagai forum tentang melimpahnya potensi energi alternatif di Indonesia sudah selayaknya dijadikan acuan untuk mengambil kebijakan energi yang berbasis lingkungan hidup oleh pihak - pihak yang terkait, termasuk PT Pertamina.

Apalagi dengan persediaan energi fosil yang semakin menipis dan pertumbuhan konsumsi energi yang terus naik, pengembangan energi alternatif sudah seharusnya dijadikan sebagai fokus selain untuk berhemat, juga mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan produksi minyak dan gas di Indonesia. Tata kelola dan pengawasan nantinya perlu diperketat jika bangsa ini berhasil mengembangkan energi terbarukan, sehingga pengelolaan sumber daya alam benar - benar diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat.

Selama manusia masih menghuni bumi, tentu energi akan selalu dibutuhkan. Dengan populasi penduduk dunia yang setiap harinya terus bertambah, mengharapkan permintaan kebutuhan energi untuk turun tampaknya adalah hal yang mustahil. Satu hal yang bangsa dan kita bisa lakukan adalah berhemat dan mulai mempersiapkan energi alternatif untuk masa depan ketika minyak dan gas habis.

May 21, 2012

Demonstrasi dan Mahasiswa di Negeri Jiran


Hampir seminggu aksi anarkis yang dilakukan oleh demonstran yang menamakan dirinya ‘Bersih 3.0’ di jantung kota Kuala Lumpur, Malaysia berlalu. Namun sampai saat ini dengungnya masih terasa.  Media lokal terus menyoroti dan mempertanyakan mengapa aksi yang awalnya berjalan tertib berakhir ricuh.

Sabtu lalu (28/4) saya meminjam motor dari seorang teman satu kelompok yang kebetulan tinggal di dekat bilik untuk pergi ke kota terdekat membeli beberapa kebutuhan bulanan. Seperti biasa setelah meminjam, saya mengembalikan kunci motornya. Kami menyempatkan untuk mengobrol beberapa saat tentang persiapan sebelum ujian semester sebelum saya pamit. Entah sengaja atau tidak, dia menunjukkan sebuah video yang di downloadnya di YouTube dengan judul “Malaysia KL Bersih 3.0 Polis car crash public”  tak lama sebelum saya pergi.

Awalnya saya tidak melihat aksi Bersih 3.0 yang menuntut perubahan sistem pemilihan umum di Malaysia akan berakhir ricuh. Saya justru berfikir apa mereka baru nonton bareng karena semua demonstran memakai baju kuning, mirip seperti seragam Timnas Malaysia.

Beberapa saat kemudian situasi berbalik 180 derajat ketia sebuah mobil polisi yang mencoba membubarkan masa, menabrak 5 orang pendemo yang saat itu sedang melakukan long march. Akibatnya, satu orang tewas seketika dan dua orang lainnya harus dilarikan ke rumah sakit. Masa yang berada di sekitar tempat kejadian tak tinggal diam. Merekameng hampiri mobil polisi tersebut, menggulingkan, dan merusaknya.
Tak hanya itu, ditutupnya beberapa ruas jalan untuk menghalau demonstran membuat keadaan lebih tegang. Penggunaan gas air mata oleh polisi diraja Malaysia juga membuat demonstran semakin anarkis. Beberapa fasilitas umum di pusat kota pun menjadi sasaran amukan masa. Selain itu, dilaporkan bahwa beberapa orang polisi terluka akibat aksi tersebut.

Aksi yang dilakukan oleh lebih dari 25 ribu orang yang terhimpun dalam barisan Bersih 3.0 menuntut perubahan sistem pemilihan umum yang lebih jujur dan transparan. Mereka percaya jika sistem pemilu tidak diubah, rezim yang berkuasa akan kembali menduduki parlemen dalam pemilihan yang akan datang.

Pasca kejadian tersebut, Universiti Teknologi Petronas memberikan peringatan kepada seluruh mahasiswa agar tidak bergabung atau terlibat dalam aksi serupa ataupun menjadi bagian dari organisasi yang berbau politik. Hal itu semata – mata bertujuan untuk melindungi mahasiswa dari hal – hal yang tidak diinginkan, termasuk kemungkina dikeluarkan dari universitas jika terlibat aksi anarkis.

March 29, 2012

Dear Generasi Muda, Saatnya Meniti Kesuksesan lewat New Media!

“ Sekarang tidak harus belajar lama untuk kemudian sukses. Yang penting kita konsisten berekspresi dengan apa yang kita sukai dalam media sosial “ Raditya Dika
Di zaman serba digital seperti sekarang, siapa anak muda yang tidak mengenal istilah internet, smartphone, ataupun piranti teknologi modern lainnya? Jika kalian adalah salah satu diantaranya, bisa jadi kalian adalah anak muda yang hidup di dalam peradaban digital, namun dibelenggu oleh dogma tradisional.
Kemudahan akses dan harga perangkat elektronik yang semakin terjangkau membuat semua kalangan mampu menjangkaunya, tak terkecuali anak muda. Smartphone yang dianggap sebagai barang mewah, kini sebagian kalangan justru menganggapnya sebagai barang wajib. Tak perlu khawatir dengan harga, cukup dengan merogoh kocek sebesar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, smartphone sudah berada di genggaman mereka.
Menjamurnya penggunaan media komunikasi digital tentu memberikan dampak bagi perkembangan pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Selain itu, penggunaannya sedikit – demi sedikit mengubah pandangan masyarakat bahwa media tersebut tak hanya sebatas piranti komunikasi, melainkan juga sarana bisnis, dan pusat informasi. Siapa yang tidak mengenal Kaskus yang awalnya diciptakan oleh Andrew Darwis untuk tugas kuliahnya di Seattle, Amerika Serikat? Berkat ketekunan dan kesabarannya, Kaskuspun bertransformasi menjadi situs nomor satu di Indonesia. Bukan hanya sebagai forum jual beli dan komunitas biasa, namun Kaskus sudah menjadi portal berita ter-update. Kabarnya, kesuksesan inilah membuat Google ingin membelinya sebesar USD 50 juta atau setara dengan Rp 475 miliar.
Saya memang bukan seorang penulis profesional, ataupun pengarang buku hebat. Blackberry pun juga tidak punya. Namun, saya sadar bila saya mampu menggunakan teknologi dengan benar, misalnya internet, banyak hal positif yang akan saya dapatkan seperti halnya apa yang telah didapatkan oleh bloger sekaligus pengarang buku ‘Kambing Jantan’, Raditya Dika dan penulis buku ‘Notes from Qatar’, Muhammad Assad, ataupun Kaskus’ founder, Andrew Darwis.
Menurut saya figur yang telah saya sebutkan adalah orang – orang hebat. Orang- orang biasa yang menjadi hebat karena kecerdasan mereka mampu menggunakan media sosial dengan bijak. Mereka juga mampu menangkap peluang di balik penggunaan media tersebut. Tak berlebihan rasanya kalau ketiganya patut dijadikan sebagai inspirator bagi remaja Indonesia agar lebih cerdas dalam menggunakannya. Apa yang mereka lakukan sangat sederhana, yaitu menulis.
Mereka membuktikan bahwa penggunaan media sosial yang tepat, mampu memberikan nilai tersendiri bagi penggunanya. Bahkan ketiganya secara tak sadar menemukan jati diri dan passion melalui media sosial. Luar biasa! Mereka menuangkan ide melalui tulisan yang kemudian semua orang di belahan dunia membacanya. Bahkan, tak sedikit yang ‘tersihir’ oleh kisah – kisah kocak dan inspiratif dari seorang Raditya Dika dan Muhammad Assad. Melalui Kaskus pula dipopulerkan istilah pertamax dan agan, yang kini sering pula digunakan dalam bahasa sehari – hari.
Lantas bagaimana dengan kita sebagai generasi muda? Pertanyaannya, apa yang sudah bisa kita hasilkan dari Blackberry, laptop, ataupun iPad yang kita gunakan selama ini? Sudahkah kita berkarya dan dan bijak menggunakannya? Ataukah justru kita terlena dan dikendalikan olehnya?
Tak banyak dari kita yang sadar bahwa sudah terlalu lama menghabiskan waktu di depan komputer dan internet ataupun telepon pintar tanpa manfaat yang jelas. Sebagian dari kita justru asyik menjadi facebook atau twitter stalker (pengamat status teman, pacar, dan lain – lain) daripada membentuk status diri dengan menuangkannya di jejaring sosial. Saatnya kita sebagai generasi muda mulai berbenah dan introspeksi agar lebih bijak dalam menggunakan teknologi. Yakinlah bahwa masing – masing dari kita memiliki potensi untuk memanfaatkan social media dalam berkarya. Jika menulis bukanlah hobi atau kesenangan, desain web atau membuat aplikasi software bisa menjadi alternatif. Bagi teman – teman yang gemar bermain musik, bisa jadi suatu saat nanti kalian akan menjadi ‘the next Steve Jobs’ karena berhasil menemukan pengganti iTunes. Ingatlah, setiap orang memiliki jalan sukses yang berbeda, tergantung bagaimana effort kita untuk mendapatkannya dan belajarlah dari kisah – kisah orang besar.
                Raditya Dika yang dikenal sebagai penulis buku komedi yang laris menjelaskan bahwa awal kesuksesannya berawal dari kebiasaanya ngeblog. Empat buku yang sudah ditulisnya adalah contoh dari konsistensinya dalam berekspresi melalui blog. Tentu tak hanya kepuasaan batin yang sekarang dia rasakan. Keuntungan finansial yang cukup besar pun juga tak terelakkan. Akankah kita sebagai generasi muda diam begitu saja melihat kesuksesan Andrew Darwis dan Raditya Dika?
                Lain lagi cerita dari Muhammad Assad. Tak banyak yang mengenal lulusan Universitas Teknologi Petronas, Malaysia ini. Pemuda 24 tahun ini menyandang predikat ‘Rector’s Gold Award’, ‘The Best International Student Award’, dan ‘Chancellor Award’, yang merupakan penghargaan tertinggi dari universitas serta diberikan langsung oleh Mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr. Mahathir Mohamad saat kelulusan. Tak hanya kutu buku, Assad juga memiliki sisi lain dari dirinya.
Sekedar informasi, menulis adalah salah satu hobi Assad, selain bermain basket, bermusik dan traveling. Baginya, menulis adalah salah satu cara dan media paling efektif untuk menyampaikan gagasan serta pendapat kepada orang lain. Untuk menyalurkan hobi menulisnya Assad membuat Blog Notes From Qatar. Blog tersebut sudah dikunjungi lebih dari 150 ribu orang dalam waktu kurang lebih setahun. Lagi – lagi karena tulisannya, dia berhasil menyita perhatian.
Blog itu pun akhirnya dijadikan buku setelah banyak saran dan permintaan dari teman-teman serta para pembaca. Selain menulis di blog yang berisi tentang pengalaman pribadi selama berada di Qatar, Assad juga produktif dalam menulis tentang masalah kepemudaan. Tulisan-tulisannya yang berisi ide serta gagasan tentang bagaimana membentuk dan membangun generasi muda Indonesia cukup sering dimuat oleh beberapa media cetak nasional serta media di internet. Bagaimana dengan teman – teman? Masihkah kita akan diam dan terperangah melihat kesuksesan mereka?
Ketiganya telah membuktikan bahwa media sosial ibaratnya adalah sebuah pedang. Jika kita sebagai generasi muda mampu menggunakannya dengan benar, maka keuntungan yang akan kita dapatkan. Namun jika tak mampu mengendalikannya, bukan tidak mungkin kita yang justru akan dirugikan.
                Nah, sudahkah kita mengambil hikmah dari cerita di atas? Rasanya tidak sulit untuk menjadi seorang yang bijak dalam menggunakan social media. Apa yang sudah dicontohkan oleh Andrew, Raditya dan Assad cukup mudah dan tidak berat, menulis.
Permasalahnnya, seberapa besar konsistensi kita dalam menulis itulah yang menjadi tantangan berikutnya. Raditya mengatakan bahwa untuk sukses tidak dibutuhkan proses yang lama untuk belajar, yang terpenting adalah konsistensi dalam berkespresi melalui media sosial. 
Menggunakan media sosial secara bijak artinya dapat menggunakan media ini untuk mendapatkan keuntungan yang banyak untuk mencapai sukses. Get to know who you are and find your excellence within social media, folks!